“Hari-hari saya tidak jauh dari tinju karena tinju adalah pilihan hidup saya!”,demikian Pieter mengenang masa lalunya.
Piter memilih menekuni olahraga laki-laki tersebut berawal dari kenangan masa lalunya. Kakak laki-lakinya dianiya, bahkan sampai cacat dan sejak saat itu timbul rasa dendam pada orang yang menganiaya kakaknya itu.
“Buat saya, tinju adalah olah raga yang gagah!”, ujar Piter memilih tinju untuk menyalurkan kemarahannya itu.
Piter beranjak dewasa dengan membawa dendamnya itu, suatu hari Piter pun bertemu dengan orang yang dulu menganiaya kakaknya. Tanpa membuang waktu, Piter mengambil batu dan menghantamkan ke wajah si pelaku. Akibat kejadian itu, Piter masuk penjara.
Setelah menyelesaikan masa tahanan, Piter makin aktif di atas rin tinju. “Saya tidak merasa kasihan walaupun melihat darah lawan. Saya tetap main sampai lawan jatuh bahkan menjadi sombong melihat itu”, demikian Piter menjelaskan.
Kesombongan di atas ring membuat Piter sering meremehkan orang lain dan menyelesaikan sesuatu dengan kekerasan. Hal ini terus digeluti Piter sampai suatu ketika dia kalah dalam pertandingan.
Tidak bisa terima dengan kekalahan itu, Piter mencari pengakuan di luar dengan balas dendam terhadap semua orang yang pernah menyakitinya di masa kecil. Perlakuan buruk Piter ini juga dilakukan di rumah. “Kalau Bapak marah, saya diam saja. Paling juga nangis”, demikian jelas Eunike istri Piter yang mengaku tidak pernah melawan. Komitmen untuk menikah satu kali saja, membuat Eunike tetap bertahan dan terus berdoa untuk Piter. “Tuhan pasti jawab doa orang benar”, demikian ungkap Eunike.
Iman Eunike benar, suatu ketika tanpa sengaja Piter membaca sebuah undangan ibadah di Koran. Bosan dengan kehidupannya yang semakin berantakan, Piter memutuskan untuk menghadiri ibadah tersebut. “Ketika saya masuk ke ruangan itu, saya merasakan sukacita yang belum pernah saya alami!”.Sejak saat itu Piter berkomitmen untuk menerima Yesus sebagai juru selamat secara pribadi.
Setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, Piter memutuskan untuk berhenti menjadi petinju dan bekerja sebagai pedagang spare part motor. Piter juga meminta maaf kepada orang-orang yang telah ia sakiti serta memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya.
“Sungguh luar biasa karya Tuhan dalam hidup Pak Piter sehingga Pak Piter meninggalkan cara hidupnya yang lama, termasuk berhenti merokok. Dan kesabarannya pun kian meningkat.”, ungkap Royke teman Piter menjadi saksi perubahan hidup Piter.
“Tidak ada waktu terlambat, Yesus terbuka tanganNya untuk mengubah saudara”, ujar Piter menutup cerita.
Sumber Kesaksian: Piter Tawaluyan